Senin, 11 November 2013

Resensi Buku Laila Majnun




Judul Novel  : Laila Majnun
Penulis          : Nizami Ganjavi
Penerbit        :  OASE
Tebal            : 256 halaman
Harga           : Rp 30.000.00

            Pada setiap diri manusia pasti terdapat rasa cinta. Cinta terhadap sesama manusia atau cinta terhadap Tuhan. Perjalanan cinta pada setiap diri manusia berbeda-beda. Seperti kisah cinta dari Laila dan Majnun.

            Dalam Novel  bercerita tentang perjalanan cinta sepasang anak adam dan hawa. Cinta yang mereka miliki adalah cinta yang sejati. Cinta yang tidak tergantikan. Tetapi  perjalan cinta Laila dan Majnun penuh dengan cobaan.

             Awalnya , seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt. Mereka pun bersujud kepada Tuhan, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang terluka.
         
   Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan Tuhan menganugerahi mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh semua orang. Ketika sudah cukup umur untuk masuk sekolah, ayahnya memutuskan membangun sebuah sekolah yang indah dengan guru-guru terbaik di Arab yang mengajar di sana , dan hanya beberapa anak saja yang belajar di situ. Anak-anak lelaki dan perempuan dan keluarga terpandang di seluruh jazirah Arab belajar di sekolah baru ini.
Di antara mereka ada seorang anak perempuan dari kepala suku tetangga. Seorang gadis bermata indah, yang memiliki kecantikan luar biasa bernama Laila. Laila dan Qais adalah teman sekelas. Sejak hari pertama masuk sekolah, mereka sudah saling tertarik satu sama lain. Seiring dengan berlalunya waktu, percikan ketertarikan ini makin lama menjadi api cinta yang membara. Bagi mereka berdua, sekolah bukan lagi tempat belajar. Kini, sekolah menjadi tempat mereka saling bertemu.
           
 Mereka buta dan tuli pada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai mengetahui cinta mereka, dan gunjingan-gunjingan pun mulai terdengar. Di zaman itu, tidaklah pantas seorang gadis dikenal sebagai sasaran cinta seseorang dan sudah pasti mereka tidak akan menanggapinya. Ketika orang-tua Laila mendengar bisik-bisik tentang anak gadis mereka, mereka pun melarangnya pergi ke sekolah. Mereka tak sanggup lagi menahan beban malu pada masyarakat sekitar.
Orang-orang pun tertawa dan berkata,  Lihatlah Qais , ia sekarang telah menjadi seorang majnun, gila!.
 
          
  Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan jejak Laila. Kerinduannya kepada Laila demikian besar sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihatnya kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia berbicara kepada mereka hanya tentang Laila.
          
  Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah Laila, ia memutuskan untuk
mengakhiri drama itu dengan melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah
kafilah penuh dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa Laila. Sang tamu pun
disambut dengan sangat baik, dan kedua kepala suku itu berbincang-bincang
tentang kebahagiaan anak-anak mereka. Tetapi ayah Laila menolak lamaran ayah Majnun.
           
 Dalam perjalanan pengembaraannya Majnun bertemu dengan Naufal. Naufal adalah seorang raja yang amat kaya. Naufal menjadikan Majnun sebagai sahabatnya dan ia berjanji akan membawakan Laila kepada Majnun. Namun Naufal gagal membawakan Laila kepada Majnun.
            
 Dan setelah bertahun-tahun Qais dibuat gila oleh Laila. Laila akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum ia meninggal ia berpesan kepada ibunya agar saat meninggl ia tidak di bungkus oleh kain kafan melainkan mengenakan baju pengantin berwana merah darah. Dan Laila juga berpesan agar ibunya menyampaikan pada Majnun bahwa sebelum Laila menghembuskan nafas terakhirnya ia mengucapkan nama sang kekasih. Begitu pula dengan Majnun diakhir waktunya ia memeluk pusara Laila dan menghembuskan nafas terakhirnya di atas pusara sang kekasih. (243)
            
 Membaca novel ini menbuat kita larut dalam kesedihan dan perjuangan Majnun untuk dapat bertemu dengan kekasihnya. Rasa setia yang dimiliki oleh oasangan ini sangat besar. Banyak konflik batin yang terjadi dan dijabarkan secara detail.
            
 Nizami Ganjavi adalah seorang sufi yang berasal dari Persia. Menurut Nizami cinta Majnun kepada Laila adalah sebuah metafora dari cinta Majnun kepada Tuhan. Laila Majnun adalah karya terbesar yang dimiliki oleh dunian sastra Arab. Karya sastra yang berisi  kisah cinta tragis antara dua anak manusia yang sangat terkenal di negara- negara Islam di Timur Tenagh dan telah diceritakan turun temurun selama ratusan tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar