Selasa, 28 Mei 2013

Resensi Buku Madre






 Nyamm..nyamm. eh?
hehee maaf ya teman-teman soalnya gue lagi sibuk makan roti.
eh? tahu nggak kalo roti klasik yang gue makan ini buatnya pakai biang roti?.


 Judul Buku  Madre
Penulis           : Dee (Dewi Lestari)
Penerbit          : PT. Bentang Pustaka 

Tahun Terbit  : 2011 
Tebal                : 162 halaman

"Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari?

Darah saya mendadak seperempat Tionghoa,
Nenek saya seorang penjual roti, dan dia,
Bersama kakek yang tidak saya kenal,
Mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu:
Madre."




Buku Madre karya DEE ini merupakan buku yang sangat brilian. berisi beberapa cerpen dan 13 prosa karya Dewi Lestari.  Dewi Lestari atau yang biasa dikenal dengan nama pena “Dee” lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Dee terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br Siagian (alm). Sejak kecil Dee telah akrab dengan musik.  Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia juga dikenal luas sebagai novelis. Adapun karya fiksi Dee lainnya seperti Filosofi kopi (2006) dan Rectoverso(2008).

Bab pertama dibuka dengan cerpen yang berjudul sama dengan judul buku, Madre.
Madre berkisah tentang Biang Roti yang sudah berusia sangat tua, tangan takdir mempertemukan Madre dengan Tansen.

Tansen sendiri awalnya adalah seorang petualang yang bebas berkeliaran di bali. Ia sesekali mengajar surfing, menjadi pemandu wisata, dan melakukan banyak hal tanpa rencana. Hidupnya sangat bebas di sana,selain melakukan aneka "kebebasan", Tansen juga melakukan hal rutin berupa Blogging di dunia maya.

"TAK ADA SESUATU YANG KEBETULAN DI DUNIA INI" Adalah salah satu quote yang paling menonjol di buku ini. Bagaimana kebiasaan Blogging Tansen mempertemukan dia dengan wanita pujaannya.
Hidup Tansen mulai berubah sejak ia menerima sebuah surat wasiat, lebih tepatnya surat warisan dari seorang Tan Sin Gie. Ia sendiri tidak mengenal siapa orang itu. Hingga ia penasaran dan nekat pergi ke Jakarta dengan modal seadannya.

setelah menerima Surat Warisan dari pengacara keluarga Tan Sin Gie. Tansen mulai mencari alamat yang disebutkan dalam surat Warisan itu. Tansen mendapati dirinya berada di depan sebuah bangunan bekas toko kuno, dnegan keadaan yang tak terurus.
Di sana ia juga bertemu dnegan Pak Hadi, penjaga Bangunan itu yang sekaligus mengenalkan Madre.

Betapa terkejutnya Tansen ketika tahu bahwa warisan yang didapatlkannya hanya berupa Madre, sebuah biang roti yang terkurung dalam Toples di lemari es. Mulannya Tansen tak peduli dan ingin kembali saja ke Bali.Namun setelah mendengar cerita Pak adi mengenai riwayat Madre yang ternyata masih memiliki sangkut paut dengan tansen, barulah Tansen mau memperhatikan Madre.

Berbagaipetualangan dijalani Tansen, kehidupannya bertahun-tahun sebagi anak pantai berubah dalam dua minggu. Tansen juga belajar mengenai banyak hal sejak pertemuannya dnegan Madre.

Cerita-cerita di dalam buku ini menarik namun ada beberapa hal yang kurang logis penceritaannya. Sebagian kisah yang ditampilkan dengan kalimat sastra yang berat sehingga lama untuk dicerna apa maksudnya dengan pembaca, seperti dikutip dari cerita Percakapan di Sebuah Jembatan- ”Dan aku bertanya : apakah yang sanggup mengubah gumpal luka menjadi intan, Yang membekukan air mata menjadi kristal garam? Sahabatku menjawab : Waktu ” halaman 123
              Penceritaan alur di dalam buku ini sangat mengejutkan, membuat pembaca penasaran dengan ending yang akan diberikan oleh pemilik karya Madre ini. Pemilihan kata khas dari Dee pun menambahkan kesan yang mendalam, Inspiratif dan menjadi penyemangat tersendiri kepada pembacannya. Di setiap cerita terdapat makna yang mendalam seperti :
”Itulah cinta. Itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban” -Semangkuk Acar Untuk Cinta dan Tuhan- halaman 103
”Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di Bumi" – Menunggu Layang-Layang- halaman 152
Dalam buku ini Dee setidaknya telah membuka rahasia dapur toko roti. Dee memberikan pengetahuan bahwa ternyata toko roti mempunyai formula khusus seperti adonan biang, yang diceritakan dalam kisah “Madre”.


Yap! itulah salah satu kelebihan Dewi Lestari yang mampu mengolah sastra dan science berpadu apik dengan penuturan yang menarik.

Refrensi:
  •  http://www.google.co.id
  • http://shbilac.blogspot.com
  • http://aswitawidiastomo.blogspot.com/






Tidak ada komentar:

Posting Komentar