Minggu, 05 Juli 2015

Resensi The Whispering Skull-Tengkorak Berbisik (Locwood & Co Part.2)



Hihihihii.. GRRGGHH..
Apa jadinya kalo sebuah tengkorak tiba-tiba bisa bicara dan memberi tahumu berbagai rahasia dan petunjuk yang ternyata benar??. Hal itulah yang dialami Lucy. Tapi sejak peristiwa pengungkapan kasus Tangga menjerit oleh Lucy dan teman-temannya yang tergabung dalam organisasi Locwood & Co, tengkorak itu diam dan tak bisa bicara lagi. George berusaha dengan berbagai cara supaya si tengkorak mau ngoceh lagi, tapi nihil. Si tengkorak tetap diam seribu bahasa.

Sambil mengisi waktu menunggu si tengkorak mau bicara lagi, mereka melakukan berbagai penyelidikan terhadap berbagai kasus misteri dan hantu. Apalagi banyak sekali order permintaan bantuan. Setelah 7 bulan semenjak kasus Combe Carey Hall dipecahkan oleh Lockwood & Co, agensi mereka segera naik daun, dan itu tentu saja bikin seneng si Lockwood, Lucy dan George, karena efeknya rekening agensi jadi gendut, dan tentu saja posisi mereka cukup diatas angin untuk mengintimidasi Agen-agen Fittes yang menyebalkan pimpinannya si Kipps.

Kini si tengkorak kembali berbisik, bersamaan dengan sebuah kasus yang ditangani Locwood & CO. Sebuah kasus tentang makam seorang dokter di zaman victiroa, dr. Bickerstaff. Dan kali ini mereka harus kembali bersaing dengan rival abadi mereka Agen Fittes.

Dua orang klien datang menemui Lucy dan timnya, mereka adalah Mr. Paul Sanders dan Mr. Albert Joplin. Duo pemilik perusahaan yang membersihkan area pemakaman yang dicurigai berhantu. Keduanya sedang melakukan pembersihan di area pemakaman Kensal Green saat mereka menemukan sebuah kuburan yang tidak terdaftar. Setelah diselidiki ternyata kuburan tersebut adalah kuburan Edmund Bickerstaff, seorang dokter di jaman Victoria yang memiliki kebiasaan membongkar kuburan dan kematiannya menimbulkan horror diantara penduduk jaman tersebut. Lockwood dan teman-teman diminta untuk membantu Mr. Sanders dan Mr. Joplin membongkar kuburan tersebut dan menetralkannya.


Yang mengherankan bagi Lockwood, Lucy dan George, peti mati Bickerstaff terbuat dari besi, yang biasanya digunakan untuk menahan roh halus atau benda gaib. Pertanyaannya, kenapa Bickerstaff yang mati ratusan tahun yang lalu dikuburkan dalam peti besi sementara wabah hantu baru merebak lima puluh tahun yang lalu?


Dan ketegangan semakin meningkat ketika cermin antik yang ada di genggaman tangan mayat Bickerstaff tiba-tiba dicuri orang dan meninggalkan jejak kematian dimana-mana. Lockwood & Co harus mendapatkan cermin itu kembali sebelum jatuh korban lebih banyak, atau didahului oleh regu Quill Kipps dari Fittes Agency yang merupakan saingan berat Lockwood & Co.


Dalam buku ini Jonathan Stroud membuktikan kepiawaiannya dalam menjalin cerita.


Petualangan Lockwood, Lucy dan George masih menegangkan seperti pada buku terdahulu. Perselisihan-perselisihan diantara tokoh-tokoh kita ini malah lebih menggambarkan kedekatan mereka. Semua persoalan mereka bahas dan selesaikan sambil minum teh atau makan malam.

Selain itu sedikit demi sedikit karakter para tokoh kita semakin dikupas. Lockwood dengan rahasianya yang tersembunyi dalam sikap yang anggun tanpa cela, Lucy yang semakin percaya diri dengan kesuksesan yang mereka raih tetapi tetap merasa tergelitik untuk mengungkap rahasia Lockwood dan George yang semakin tenggelam dalam obsesinya untuk mengetahui rahasia dunia lain.

Ditambah lagi dengan si tengkorak dalam wadah hantu yang membisikkan petunjuk-petunjuk yang benar tapi dilengkapi dengan perangkap kematian, membuat Lucy mempertanyakan dirinya sendiri dan orang-orang didekatnya.

Stroud juga telah memasukkan beberapa landasan yang akan menjadi topik cerita berikutnya. Bagaimana latar belakang Lockwood sebenarnya? Apa itu Orpheus Society dan apa peranan Penelope Fittes didalamnya?

Tapi kalo dibandingkan sama buku pertama maka buku ke-2 ini tidak begitu horror. Lebih ke petualangan.

Kalau Undakan Menjerit membuat saya merinding, maka buku ini membuat saya bersemangat. Itu disebabkan karena aura horror di Undakan Menjerit jauh lebih kental sementara di buku ini lebih banyak petualangan yang menegangkan.

Kesan horror di Undakan Menjerit bahkan sudah dimulai dari kovernya. Para hantu di buku pertama juga lebih menyeramkan, karena ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi dan melayang-layang mengejar para manusia yang masih berani berada diluar rumah setelah malam tiba. Masih terbayang dalam ingatan adegan Lockwood & Co yang terkunci di kamar berdarah di buku satu.

Sementara di Tengkorak Berbisik ini, sikap sinis dan penuh hasutan si tengkorak malah menghilangkan efek seram tersebut. By the way, ini Tengkorak super nyebelin, suka banget gangguin dan berusaha mempengaruhi Lucy. Si Tengkorak juga paling hobi menghina George dan Lockwood. Heran jadi tengkorak aja nyelekit gini gimana pas jadi manusianya -_-“


Tapi sepertinya itu akan menjadi keuntungan bagi saya, karena saya bener-bener ga tahan membaca, menonton, atau mendengarkan segala sesuatu yang berbau horror!